Tak bisa
dipungkiri lagi pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap insan manusia
yang hidup di dunia ini. Pendidikan menjadi bukti bahwa hanya manusialah
makhluk yang memiliki dan dianugrahi oleh sang pencipta akal sehat dan logika. Pendidikan
juga merupakan jembatan serta gerbang manusia dalam mengelola dan memanfaatkan
bumi sebaik-baiknya. Kita ketahui bahwa pendidikan dapat meninggikan status
seseorang bahkan juga merendahkannya.
Bicara soal
pendidikan tidak terlepas dari namanya sekolah, di tahun 2013 ini banyak sekali
model-model sekolah yang memiliki keunggulan masing-masing. Ada yang
menggunakan bahasa asing dalam pembelajarannya, ada yang bersistem asrama, ada
yang mendatangkan kurikulum dan guru dari asing, ada yang mahal, ada yang
murah, ada super megah, ada yang memiliki fasilitas super wah, ada yang
biasa-biasa aja menggunakan kurikulum dari pemerintah sendiri.
Sebenarnya sekolah
merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan kita akan pendidikan, tapi ingat
pendidikan tidak hanya bisa didapat di sekolah. Di rumah, di lingkungan, di
masyarakat, di kelompok semuanya mengajarkan pengalaman atas pendidikan.
Nah, karena
sekolah telah dinilai dari dulu sebagai wadah dan tempat anak-anak hingga
dewasa dalam mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya yaitu kecerdasan. Pasti
setiap orang memiliki kriteria dan penilaian masing-masing terhadap sekolah
yang ideal dan cocok bagi dirinya, atau kerennya disebut “Sekolah Dambaan”.
Terlepas
dari itu semua saya sebagai penulis juga memiliki sedikit ciri dan kriteria
sekolah dambaan. Karena semua orang memiliki penilaian masing-masing terhadap
yang namanya sekolah dambaan. Saya disini mengungkapkannya berdasar dari
pengalaman dan pengamatan hingga duduk di bangku kelas 11 sekolah menengah
atas.
Setidaknya ada
3 hal yang akan menjadikan sekolah itu sekolah dambaan. Pertama, hubungan
dengan teman atau yang saya sebut lingkungan pertemanan sebaya. Mengapa ini
menjadi nomer pertama dalam menilai sekolah dambaan. Karena dimanapun kita bersekolah
formal kita akan menemukan teman, dari sekian teman yang ada di sekolah pasti
ada teman dekat, teman biasa, hingga musuh.
Ini semua
menjadi penting karena temanlah yang mewarnai kita dan juga menjadi kanvas
untuk kita warnai. Proses sosialisasi yang terjadi di sekolah merupakan
sosialisasi yang paling kompleks, kita di sana akan dihadapkan berbagai
permasalah, dari mulai masalah pertengkaran, menahan gejolak emosi, rasa cinta
lawan jenis, kebudayaan yang kompleks sesama teman. Hal inilah yang akan
mengajarkan dan medidik kepada kita untuk bertindak dan bersikap yang sesuai
dengan lingkungan teman di sekolah. Secara tidak langsung kita telah belajar
hidup bermasyarakat dan juga mempraktekan ilmu-ilmu yang kita dapat di dalam
kelas kepada teman-teman kita.
Selain itu,
dengan adanya hubungan baik dengan teman serta telah ditemukannya lingkungan
teman yang memiliki visi, misi, dan tujuan yang sama. Kita akan saling
membangun, saling menguatkan, saling mendukung satu sama lain. Berat dipikul
bersama, susah dirasakan bersama, bahagia dibagi bersama. Ini semua karena ada
rasa simpati dan empati kepada teman yang sesuai dengan hati dan kepribadian
kita. Kita tahu gak mungkin teman satu sekolahan menjadi teman baik, pasti
hanya segelintir orang yang menjadi teman baik kita. Itu menandakan semakin
banyak teman peluang mendapatkan teman baik semakin besar, semakin besar
lingkungan teman sebaya di sekolah semakin besar pula kita menemukan teman yang
sesuai dengan kita, semakin banyak teman baik masa depan kita akan mudah
tergapai berkat dukungan dan kerja sama teman hingga nantinya.
Yang kedua, mata
pelajaran. Memang hampir sekolah di seluruh indonesia mengajarkan mata
pelajaran yang sama dan kurikulum yang sama. Namun beberapa sekolah memberikan
fokus kepada siswanya untuk mempelajari hal-hal yang disukai siswa untuk
ditekuni. Contoh nyatanya saja, SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Sekolah ini
terlahir untuk mempersiapkan para siswanya untuk siap kerja. Namun, disamping
itu SMK telah mengajarkan kepada muridnya untuk menekuni “passion” atau hasrat
mereka hanya dalam beberapa bidang seperti otomotif, administrasi, arsitek,
perkapalan, permesinan, dll.
Bentuk-bentuk
mata pelajaran yang dikhususkan sesuai keinginan siswa itu akan lebih membantu
secara cepat untuk benar-benar memaksimalkan potensi, bakat, serta “passion”
yang ada. Di Jepang, sejak kecil anak-anak disuruh memilih bidang yang
benar-benar mereka sukai, dan itu semua ditunjang dengan sekolah yang
memfasilitasi kebutuhan mereka, dan itu berlanjut hingga dewasa.
Mungkin banyak
dari kita tidak bisa melakukan hal seperti itu dikarenakan tuntutan kurikulum
yang berlaku. Tidak masalah, ini semua tergantung bagaimana kita mengelola
pribadi kita masing-masing. Kita tinggal memilih dan memilah beberapa mapel
yang benar-benar kita sukai kemudian kita tekuni. Biarlah mapel yang lain
menjadi bahan tambahan ilmu dalam menjalani kehidupan nantinya. Sekolah dambaan
akan bisa kita rasakan jika sekolah tersebut tidak terlalu mengekang siswanya untuk
mempelajari dan ahli dalam segala bidang. Pada sejatinya mayoritas manusia
hanya ahli dalam satu bidang saja.
Yang ketiga
dan terakhir, adalah bentuk ujian kelulusan. Inilah puncak dari ciri menentukan
sekolah dambaan. Di indonesia hampir seluruh sekolah baik negeri maupun swasta
harus meluluskan siswanya mnggunakan Ujian Nasional (UN) yang menggunakan
indikator angka dalam meluluskan siswa didiknya. Ini sebenarnya tidak mutlak
salah, namun kurang tepat jika menggunakan UN sebagai indikator kelulusan. Misalnya,
ada siswa yang ahli olahraga, juara taekwondo, juara merakit mesin, tapi lemah
dalam bahasa inggris dan biologi. Pada saat UN nilai Bahasa Inggris dan
Biologinya tidak memenuhi standar kelulusan, sehingga ia tidak lulus. Ini merupakan
ketidak adilan dan sistem yang kurang tepat.
Seharusnya,
bentuk ujian kelulusan itu disesuaikan dengan bakat minat siswanya. Sehingga ujian
tersebut benar-benar sebagai ajang pembuktian bahwa ia ahli dalam bidang
tersebut. Mungkin penjurusan IPA atau IPS sudah sedikit membatasi siswa dalam
ujian. Namun kita ketahui anak IPA tidak semuanya bisa Biologi, tidak semuanya
bisa Kimia. Jadi, mari kita asah dan kita temukan keahlian kita dalam bidang
masing-masing. Kemudian temukan sekolah yang dapat memfasilitasinya.
Ada satu hal
yang tidak bisa dipisahkan dari proses pendidikan, yaitu guru. Menurut saya
guru dambaan di sekolah dambaan pula adalah guru yang tidak hanya menjadi
pengajar yang memberikan nilai angka tanpa moral. Namun guru dambaan merupaka
guru yang berfungsi sebagai pendidik budi pekerti, moral, dan agama kepada
siswanya.
Itu sedikit
opini saya terhadap sekolah dambaan. Semoga pendidikan Indonesia juga semakin
baik. Perlu kita ketahui kemampuan manusia tidak ada yang sama, semuanya
berbeda. Ketika kita menyamaratakan cara belajar dan target belajar, hanya
orang yang cocok dan ahli dalam hal itu yang akan bisa. Kita harus bisa memilih
bidang mana yang pas buat kita. Semoga di Indonesia hal semacam itu segera
terwujud. Aamiin. Sekian.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan sedikit Jejak !